Jadi Venue MTQN, Pembelajaran di Pesantren Al-Aziziyah Tetap Normal

By Admin

nusakini.com--Panitia menyiapkan 11 venue sebagai tempat perlombaaan selama gelaran Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) ke-26 di Mataram. Salah satunya berada di Pondok Pesantren Al-AIziziyah. 

Pesantren yang terletak di Desa Kapek Gunungsari Kabupaten Lombok Barat ini, didaulat menjadi tempat penyelenggaraan lomba Hafidz Hafidzah 10 dan 20 juz. Pantauan Pinmas, proses pembelajaran di pesantren dengan 2.800 an santi ini tetap berjalan normal. 

"Alhamdulillah, meski pondok dipakai acara MTQN, proses belajar mengajar tidak terganggu. Para santri masih aktif menghafal dan mengaji, cuma waktunya disesuaikan dan tempat dipindah ke STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) sebelah yang masih masuk lingkungan pondok," terang salah satu pengasuh PP Al-Azziyah, TG Fawwas Mustofa, Minggu (31/7). 

"Jadi secara umum, acara MTQN bisa berjalan, kegiatan santri pun tetap berlangsung," tambahnya. 

TG Fawwas melihat, MTQN yang diselenggarakan dalam pesantren, memberi banyak efek positif. Salah satunya, para santri bisa menyaksikan secara langsung perlombaan, dan dijadikan semacam cambuk untuk belajar lebih giat. Pesantren pun sengaja memberi kesempatan kepada para santri untuk menyaksikan kebolehan para peserta lomba hafalan Al-Quran 10 dan 20 juz ini. 

"Pagi hari, santri putra yang menonton MTQN, sedang santri putri belajar. Selanjutnya habis dhuhur, gantian santri putri yang menyaksikan, sedang santri putra menghafal," ujarnya. 

PP Al-Aziziyah adalah salah satu pesantren yang konsen dalam menjaga dan memuliakan al-Qur'an. Lembaga pendidikan yang dikembangkan pesantren ini dari tingkat TK/RA hingga perguruan tinggi. Bahkan, ada juga Madrasah Qur'an wal Hadits. 

Sebagaimana pesantren pada umumnya, kegiatan santri Al Aziziyah dimulai sejak bangun malam. Para santri dibangunkan pukul 03.00 WITA, untuk kemudian mendirikan shalat malam. Setelah itu, di Lanjut dengan mengaji dan menghafal hingga datang subuh. Selepas subuh, melanjutkan mengaji dan menghafal hingga saat sarapan bersama tiba. 

Biasanya, pagi hari, santri kemudian belajar sekolah formal yang ada dalam pesantren hingga siang. Selepas Asar berjamaah, para santri bergelut kembali dengan kitab suci, dan setor hafalan hingga Maghrib. Malam harinya, belajar kembali kitab-kitab agama lainnya, dan begitu seterusnya. 

Meski demikian, TG Fawwas mengaku kalau ada penyesuaian jadwal kegiatan pesantren selama pesantren menjadi tempat lomba MTQN, khususnya pada jadwal belajar di waktu siang. Salah satu santri kelas 3 Aliyah M Fagith mengatakan, lomba MTQN tidak mengganggu kegiatan rutin pondok. Menurut Santri asal Sembalu Lombok Timur ini, hanya waktu dan tempat belajar pada siang hari (saat lomba berlangsung), yang disesuaikan. 

Hal senada disampaikan santriwati BQ Heni Yuliastuti. Siswi kelas 2 Madrasah Aliyah, asal Sire, Tanjung Lombok Utara ini menyatakan kalau jadwal kegiatan berjalan normal kecuali ada penyesuaian di waktu siang.  

Selain Fagith dan Heni, Pinmas juga sempat mewawancarai sejumlah santri Al Aziziyah. Ditanya tentang rata-rata lama menghafal 30 juz Al-Quran, para santri mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Menurut mereka, semua tergantung pada usaha pribadi masing-masing.

Namun demikian, TG Fawwas Mustofa mengatakan, kalau santri Al Aziziyah rata-rata dapat menghafal 30 Juz Al Quran antara 4 - 6 tahun. "Namun, ada pula santri yang kurang 2 tahun sudah hafal. Ada pula yang sudah 8 tahun belum hafal. Semua tergantung pribadi masing-masing," imbuh putra pendiri Al-Aziziyah TG KH Mustofa Umar tersebut.(p/ab)